Mukmin itu bersaudara
IKRAM Siswa UIAM Kuantan | Isnin, Disember 02, 2013 |
“Sesungguhnya orang yang beriman itu
bersaudara.”
[al-Hujurat, ayat 10]
Bila berbicara perihal ukhuwah, yang terbayang di minda
pastilah hubungan persahabatan antara dua manusia sahaja. Dua manusia yang
saling mengenali, dan berada dalam kelompok atau komuniti yang sama. Mungkin
sahaja sama course, sama batch, sama negeri asal kelahiran atau yang punya
minat yang sama!
Ukhuwah yang sebenar ; adalah gugusan perasaan saling
hormat-menghormati, saling mempercayai, resapan kasih dan mahabbah antara
sesama individu, atas dasar aqidah Islamiyyah, iman dan taqwa.
Subhanallah, hebat kan?
Bila menyemak kembali makna sebenar ‘ukhuwah’, tidak dapat
tidak untuk kita mengaitkan dengan asas ukhuwah yang baik dibina dari keimanan
yang benar kepada Allah S.W.T. Lihat sahaja tingkatan terendah dalam
berukhuwah, yakni ‘salamatus sadr’ atau berlapang dada dengan sahabat kita. Hal
ini tidak akan sesekali kita capai, melainkan dengan keimanan yang mantap
kepada Allah. Dengan wujudnya rasa Allah Maha Mengetahui walaupun yang tersirat
di dalam hati, maka kita sendiri tidak akan cuba untuk bersangka buruk
(su’uzhon) dengan sahabat kita.
Kita lihat pula pada tingkatan tertinggi ukhuwah ; ‘ithar’
yang bermaksud melebihkan sahabat berbanding diri sendiri. Perkara ini jika
dilihat dengan pandangan kasar seorang manusia, tidak mudah untuk dilakukan
kerana ‘ithar’ berkait rapat dengan pengorbanan. Dan menjadi sifat manusia
biasa untuk tidak mudah melakukan pengorbanan melainkan diberikan jua balasan setimpal.
Tanpa keimanan yang kukuh di hati, perkara ini pasti dianggap mustahil. Tetapi
tidak bagi manusia yang berukhuwah dengan ukhuwah yang benar, kerana Allah Azza
Wajalla.
Pernahkah kita
merenung peristiwa saat Rasullullah SAW mempersaudarakan Abdul Rahman Bin Auf
dengan Sa’ad Bin Ar-Rabi? Ketika itu Saad berkata kepada Abdul Rahman:
“Aku termasuk orang
Ansar yang mempunyai banyak harta kekayaan dan kekayaanku itu akan kubagi dua,
separuh untuk kau dan separuh untukku. Aku juga mempunyai 2 orang isteri,
lihatlah mana yang kau berkenan. Sebutkan namanya, ia akan aku segera kucerai
dan sehabis masa iddahnya kau kupersilakan nikah dengannya.”.
Lihatlah bagaimana ikatan ini terjalin, padahal sebelum itu
Saad dan Abdul Rahman terpisah dek jarak yang jauh; seorang di Mekah dan
seorang lagi di Madinah. Inilah antara peristiwa menarik berkaitan indahnya
ukhuwah yang terpupuk sesama mukmin semasa peristiwa hijrah Nabi dari Makkah ke
Madinah.
Maksud ukhuwah menurut Imam Hasan al-Banna, “Yang saya
maksudkan dengan ukhuwah adalah : mengikatnya hati-hati dan jiwa-jiwa ini
dengan ikatan aqidah, dan aqidah merupakan ikatan yang paling kukuh dan paling
mahal harganya, dan ukhuwah adalah saudara keimanan, sementara perpecahan
adalah teman dari kekufuran, kekuatan yang utama adalah persatuan dan tidak ada
persatuan tanpa cinta, dan cinta yang paling rendah adalah lapang dada, sementara
yang paling tinggi adalah ithar (mengutamakan saudaranya). “Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka
sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. dan siapa yang dipelihara dari
kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”. (QS Al-Hasyr
: 9)
Elemen ukhuwah sangat penting dalam penyatuan umat Islam.
Hanya dengan ukhuwah yang mantap sesame Muslim dapat menjamin kebersamaan kita
dalam menegakkan ad-Deen dan menentang kemungkaran. Pudarnya elemen ukhuwah merupakan antara faktor
kelemahan umat pada hari ini. Masakan ada pepatah Melayu yang menyebut,
“Bersatu kita teguh, bercerai kita roboh”.
Di saat saudara Muslim kita dibedil dengan zalimnya di
Palestin dan Syria, apakah kita sama-sama turut merasai kesakitannya? Apabila
saudara seaqidah kita ditembak secara rambang di masjid di Selatan Thailand,
adakah kita cakna mengenainya? Tepuk dada, tanya iman kita. Sedangkan
Rasulullah S.A.W bersabda, “Perumpamaan
kaum mukmin dalam kasih sayang dan belas kasih serta cinta adalah seperti satu
tubuh. Jika satu bagian anggota tubuh sakit maka akan merasa sakit seluruh
tubuh dengan tidak bisa tidur dan merasa demam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Mari kita muhasabah diri kita kembali. Persahabatan kita,
persaudaraan kita. Ukhuwah fillah kita, adakah sekadar ucapan manis di bibir,
atau kita benar-benar mengimani makna ukhuwah fillah itu. Allahua’lam.
0 Comments
Tweets